Sabtu, 22 Desember 2018

Kondisi Indonesia

LUPA TANAH KELAHIRAN
Untuk sahabat
Yang lupa akan asal usul
Yang lupa akan tanah air
Yang lupa tanah kelahiran
Mengapa kau cela negeri ini
Negeri yang sejatinya tanah kelahiranmu
Kau jejali mulut
Dengan segudang celoteh kata tak pantas
Seakan kau sudah tak butuh negeri ini
Dengan kikuk kau banggakan negeri orang
Udara yang engkau hirup setiap detik demi detik
Engkau minum airnya
Tanah tempat berpijak sekarang
Tetapi kau selalu lupa akan itu
Lupa akan semua kebaikan negerimu
Tak sepatah pun keluar lantunan kata terimakasih
Mungkin hati telah lenyap ditelan dalamnya lautan


RATAPAN AIR MATA BOCAH
Terbit
Gagah mentari sontak memaksa pembungkus kaki
Berjalan menuju kubus-kubus negri
Tatkala seorang bocah menangis
Tak rela ayahanda pergi
Lalu pulang saat petang hari
Belum kering air mata
Ibunda pamit menuju urusan duniawi
Lagi-lagi musuhnya adalah petang hari
Banjir air mata banjir air mata
Banjir air mata pagi hari tak pernah bisa terbelenggu
Ayah Ibu
Aku ini anakmu bukan anak pembantu


SELIMUT NODA
Zamrud khatulistiwa
Engkau nampak indah diantara permata lainnya
Kilauan hijau khas pemberian tuhan
Seakan mempercantik parasmu
Tapi sekarang sinarmu perlahan-lahan mulai redup 
Mulai terlihat noda menyelimuti tubuhmu
Noda yang terbit dari ujaran kebencian
Pedagang omong kosong
Pembual janji manis
Enyahlah kau wahai kaum pembenci
Agar zamrud menampakkan parasnya dan bersinar kembali

AKU KAFEIN DAN INDONESIA
Masih dengan rasa yang sama
Candu dipagi ini menuntunku
Menuang secangkir kafein
Dengan manisnya gula
Serta tumpahan berbagai cerita
Tak hanya sekedar cerita
Tetapi ini tentang negri tercinta
Indonesia serta berbagai masalah yang menerpa
Kafein paham betul atas resahku
Tentang bangsa maha kaya akan budaya
Hingga warisan leluhurnya
Kini aku dan kafein duduk bercengkrama
Bercerita tentang indahnya Indonesia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar